Eko Supriyanto a.k.a Eko Madonna
Pendidikan :
STSI Surakarta, Master of Fine Arts dari University of California Los Angeles (UCLA) Amerika Serikat,
PhD Degree dari University of California Los Angeles (UCLA) Amerika Serikat, Program Doktorat di Studi Pertunjukan UGM
Keuletan dan kemampuan untuk maju jugalah yang mendorongnya bisa bergabung dengan Madonna’s Company. Ketika itu, Eko nekat mengikuti tes audisi di Los Angeles, Amerika Serikat, yang diikuti sekitar 6.000 orang hingga akhirnya hanya terpilih 10 orang penari, termasuk dirinya. Madonna sendiri terkesan ketika dalam tes special tee (seleksi akhir), Eko mempertontonkan kemampuannya menggabungkan dasar-dasar silat dengan tari. Mungkin prestasi yang diraih Eko Supriyanto baru kali pertama dicapai penari Indonesia. Berkat kerja kerasnya jugalah ia bisa terpilih sebagai penari latarnya diva Madonna dalam tur Amerika dan Eropa.
Konsultan tari untuk Lion King produksi Disney yang dipentaskan di Pantages’s Theater Hollywood ini, mempelajari tari keraton jawa dan seni bela diri pencak silat sejak ia berumur 7 tahun dari kakeknya di Magelang, Jawa Tengah. Karyanya telah ditampilkan secara luas di Indonesia, Amerika Serikat ( American Dance Festival 1997, APPEX 1997, 1999 & 2000, ACDFA, Highways Performance Space, The Getty Museum, Japan American Theatre) Asia dan Eropa.
Ia adalah pencetus dan direktur artistik Solo Dance Studio di Surakarta sejak 1996. Menari dan membuat koreografi untuk Peter Sellars and John Adam’s Opera ‘Flowering Tree’, yang ditampilkan di New Crowned Hope 250 Years Mozart Festival di Wina, Austria (2006). Bersama Berlin Philharmonic yang dipimpin oleh Sir Simon Ratle, the San Francisco Symphony, Barbican Centre di London (2007), Tokyo Symphony Orchestra dan Lincoln Center di New York (2009).
Dikenal sebagai seorang aktor, penari dan koreografer ‘Opera Jawa’ (2006), film yang disutradarai oleh Garin Nugroho dan diproduseri oleh Peter Sellars. Baru-baru ini, Eko menari dan membuat koreografi untuk ‘Iron Bed’, yang disutradarai oleh Garin Nugroho di Theatre Spectacle, Zurich, Swiss (Agustus, 2008) dan Indonesian Dance Festival (Oktober, 2008). Membuat koreografi untuk film ‘Generasi Biru’ yang disutradarai oleh Garin Nugroho dan John Derantau dengan kelompok musik SLANK, koreografi untuk drama musikal DIANA yang diselenggarakan oleh Harian KOMPAS, Iron Bed serta Opera Jawa Tusuk Konde dan sebagai koreografer drama musikal ONROP yang disutradarai oleh Joko Anwar (2010). |
Diundang ke MAU dan menari untuk Lemi Ponifasio’s ‘Tempest’ di Auckland Festival New Zealand dan mementaskan karyanya ‘Possible Dewa Ruci’ untuk pertama kalinya di Festival De L’imaginaire di Paris, Perancis pada bulan Maret 2009. Mengikuti tur dengan Lemi Ponifasio’s ‘Tempest’ di Australia dan Eropa (2010) .
Menerima beasiswa Fulbright Scholarship Grant untuk meneruskan ke jenjang S-3 atau PhD Degree di UCLA pada musim gugur dan musim semi 2007. Mahasiswa program Doktorat di Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan seni rupa UGM ini tertarik pada riset yang berhubungan dengan pengkajian kembali tarian Jawa menjadi tarian kontemporer, berkolaborasi dalam perjalanannya dari tradisi versus modern, budaya pop, film dan kolaborasi lintas budaya.
Sumber artikel dan foto : dari berbagai sumber internet
No comments:
Post a Comment